Bos United Tractors (UNTR) Terus Terang soal Dividen
Thursday, April 25, 2024       08:36 WIB

JAKARTA, investor.id - Emiten Grup Astra, PT United Tractors Tbk () sepakat untuk membagikan dividen final kepada para pemegang sahamnya sebesar Rp 1.569 per saham dengan total mencapai Rp 5,7 triliun.
Untuk tahun buku 2023, dividen yang dibagikan sebesar total Rp 2.270/saham atau seluruhnya mencapai Rp 8,2 triliun yang terdiri dari interim sebesar Rp 701 dan dividen final sebesar Rp 1.569. Dividen final akan dibayarkan perseroan tanggal 22 Mei 2024.
Total dividen tahun buku 2023 lebih kecil dari dividen tahun buku 2022. Pada tahun buku 2022 lalu perseroan membagikan dividen sebesar Rp 7.003 per saham dengan total mencapai Rp 25,43 triliun yang terdiri dari dividen interim sebesar Rp 818 per saham dan dividen final Rp 6.185 per saham.
Direktur Iwan Hadiantoro mengungkapkan, semenjak awal tahun 2023 tingkat profitabilitas batu bara kembali normal.
Selain itu, faktor pertimbangan dividen yakni untuk menyeimbangkan kebutuhan pendanaan belanja modal, pun kebutuhan investasi perseroan di masa yang akan datang.
"Pembagian dividen kami kembali ke level normal di mana payout ratio sebesar 40%," jelasnya di Jakarta, Rabu (24/4/2024).
Untuk diketahui, pada tahun 2023 perseroan membukukan laba bersih pemilik entitas induk Rp 20,61 triliun atau turun 1.86% dari periode yang sama tahun sebelumnya di mana Rp 21 triliun.
Adapun sisa laba bersih tahun buku 2023 sebesar Rp 12,4 triliun dibukukan sebagai laba ditahan perseroan.
Saham sendiri ditutup memerah -0,40% ke Rp 24.850 pada perdagangan 24 April kemarin.
Batu Bara
Sementara itu, dalam laporan tahunan, Presiden Direktur United Tractors Frans Kesuma membeberkan bahwa setelah mengalami volatilitas harga di level yang tinggi dengan harga rata-rata Global Coal Newcastle Index/GCNI sebesar US$ 360 per ton di tahun 2022, harga batu bara terus menurun dan mencapai harga terendah baru di tahun 2023.
Harga batu bara GCNI menyentuh US$ 122 per ton pada bulan November 2023, turun 72% dari harga tertinggi US$ 434 per ton pada bulan September 2022, sebelum mengalami peningkatan di Desember 2023 didorong oleh naiknya harga gas alam akibat ketegangan di kawasan Timur Tengah sebagai dampak dari konflik Israel-Hamas. "Anjloknya harga batubara terutama disebabkan oleh turunnya permintaan impor dari Cina dan India, dua pengguna batu bara terbesar di dunia," terang Frans.
Ia melanjutkan, Cina yang masih mengalami perlambatan ekonomi berupaya mengurangi impor dan memenuhi sebagian besar kebutuhan batu bara dari produksi tambang dalam negeri. Situasi yang sama juga terjadi dengan India.
Turunnya harga gas alam juga menjadi penyebab penurunan permintaan batu bara di Eropa. Harga gas berangsur kembali normal sejak akhir tahun 2022 sehingga mendorong beberapa negara Eropa untuk mengaktifkan kembali pembangkit listrik berbahan bakar gas untuk menggantikan pembangkit listrik batu bara.
Beralihnya penggunaan batu bara ke gas juga terkait tingginya harga tunjangan emisi European Union Emissions Trading System (EU ETS), sistem perdagangan emisi gas rumah kaca untuk mendorong dekarbonisasi di bidang energi dan industri.

Sumber : investor.id

berita terbaru
Saturday, May 04, 2024 - 14:27 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of DPUM
Saturday, May 04, 2024 - 14:24 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of EPMT
Saturday, May 04, 2024 - 14:20 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of ACRO
Saturday, May 04, 2024 - 14:17 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of AXIO
Saturday, May 04, 2024 - 14:14 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of GLVA
Saturday, May 04, 2024 - 14:10 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of GRIA
Saturday, May 04, 2024 - 14:07 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of GRPH
Saturday, May 04, 2024 - 14:03 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of HDFA
Saturday, May 04, 2024 - 14:00 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of ARKA
Saturday, May 04, 2024 - 13:56 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of CANI
An error occurred.